وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا﴿٦٣﴾(63)Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.
Istilah ‘hamba’ dalam bahasa Arab adalah‘abd yang berasal dari kata kerja ‘abada yang berakar kata dengan huruf-huruf ‘ain, ba’,dan dal. Struktur ini bermakna pokok ‘kelemahan dan kehinaan’ dan ‘kekerasan dan kekasaran’. Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa seorang hamba pada hakekatnya lemah dan hina tidak ada bandingannya dihadapan Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, sehingga tak layaklah bagi seorang hamba melakukan kesombongan baik terhadap sesamanya lebih-lebih terhadap sang kholik (Pencipta).
Seorang hamba merupakan wujud pribadi yang mampu berkiprah dengan kerendahan hati dan ucapan yang mengandung keselamatan kehidupan, menyadari keadaan ini dinamika kehidupan akan mampu meminimalkan berbagai bentuk kejahatan yang penuh kehinaan, untuk meraih kemuliaan.
Dinamika kehidupan dunia ada yang berwarna kemuliaan dan juga ada yang berwarna kehinaan, dan sangat dimungkinkan antara keduanya bisa saling bersengketa untuk mempertahankan kepentingan yang dimilikinya, maka diutuslah para Nabi dan Rasul untuk membimbing manusia pada kebenaran menuju keselamatan, membuang segala bentuk permusuhan menuju persaudaraan. Hubungan antar manusia beserta alam sekitarnya bisa saling menghormati dan menghargai, lebih-lebih sebagai sesama hamba yang lemah tentunya sangat paham akan peran kemuliaan, sehingga figur pemimpin yang menjadi tauladan kehidupan akan mendorong proses kesadaran diri.
Keberadaan Rasulullah Muhammad SAW dalam pentas peradaban dunia ternyata mampu memberikan kontribusi besar untuk perbaikan kehidupan, ketika lingkungan sekitarnya mengedepankan permusuhan, kesewenangan, hingga pembunuhan, sapaan dakwah Rasulullah SAW mengantarkan sekaligus menyelamatkan kehidupan manusia pada kemuliaan.
Kepribadiannya sungguh luar biasa dalam memberikan keteladanan kebaikan (QS:68:4), ketika tatanan sosial lebih mengedepankan kerendahan moral, sehingga nilai-nilai kemanusiaan runtuh dan tidak ada harganya, Uswah hasanah Rasulullah SAW mampu menjadi bintang penerang kehidupan, penyembuh luka kehidupan, mengangkat pada derajat kemuliaan. Beliaulah hamba pilihan Allah SWT yang memiliki kepekaan tinggi untuk peduli, yang memiliki kesabaran tinggi untuk memberi solusi atas problem dan jeratan kehidupan yang menghinakan.
Tanggal 12 Rabiul Awwal merupakan tanggal yang bersejarah bagi umat Islam di seluruh dunia, karena pada saat itulah lahirnya manusia yang mulia, teragung sepanjang masa, dengan membawa misi kenabian Risalah Islam yang menyelamatkan. Sehingga Michael H Hurt dalam bukunya The 100, menempatkan Rasulullah Muhammad SAW pada ranking pertama sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia.
Dalam Ensiklopedi Islam, ketika beliau masih berusia 20 tahun telah mendirikan Hilful Fudul, semacam lembaga sosial yang menangani masalah kemiskinan dan korban keteraniayaan, sebagaimana kita ketahui para elite Jahiliyah yang begitu tega menyiksa dan menghina masyarakat Makkah yang menjadi korban kebrutalan dan kekejamannya tanpa adanya belas kasihan. Dalam Ensiklopedi Muhammad, Afzalur Rahman menyatakan, dalam tempo kurang dari satu dekade , Muhammad SAW berhasil meraih berbagai prestasi yang tak mampu disamai pemimpin Negara manapun.
Prestasi gemilang membangun peradaban manusia yang lebih beradab karena dukungan kesempurnaan ajaran Islam serta keteladanan sang pembawa risalah Islam Muhammad SAW, kekuatan inilah yang mampu merobohkan tirani kekejaman yang ditampilkan para elite jahiliyah, sehingga mereka yang cerdas tercerahkan, mereka yang tertindas diberdayakan, dan mereka yang pemberani menjadi ikhlas dalam berjuang untuk mengawal dakwah Islam.
Kepribadian yang unggul dari Rasulullah itulah yang menjadi daya dorong umat untuk meneladani sepak terjangnya baik sebagai pribadi, anggota keluarga maupun perannya di masyarakat yang lebih luas agar tetap mencerminkan nilai-nilai kemuliaan. Hamba mulia merupakan pribadi yang sehat baik secara jasmani maupun ruhani serta mampu mengambil hikmah secara cerdas atas berbagai fenomena kehidupan yang dihadapinya.
Penelitian Dr. Herbert Benson dari fakultas kedokteran Harvard University berkesimpulan keimanan memberikan banyak kedamaian dan kesehatan jiwa. Hasil penelitian David B Larson seorang ahli kesehatan masyarakat dari Amerika berkesimpulan, bahwa orang yang taat beragama sedikit mengalami stress, bahkan penyakit jantung 60 % lebih sedikit dibandingkan orang – orang biasa dan atau yang tidak taat beragama.
Interaksi kehidupan kadangkala membahagiakan dan kadang pula mengguncangkan, sehingga seorang hamba mulia akan mampu mendayagunakan segenap potensi dirinya untuk konsisten dalam perilaku yang bijak. Hasan Al Basri memberikan nasehat, wahai anak cucu Adam bagaimana mungkin kamu mendapatkan kemuliaan dalam agamamu, sedang kamu melalaikan sholat, dan janji orang mulia adalah berbuat dan menyegerakan, sedang janji orang yang hina adalah menangguhkan dan menunda-nunda.
Peradaban kehidupan ini membutuhkan kehadiran orang-orang yang mulia, dan diharapkan kita mampu menjadi bagian orang yang mulia itu untuk memperbaiki kehidupan yang telah dirusak oleh ulah orang-orang yang hina, dan jangan jadikan diri ini bagian dari orang-orang yang hina karena orientasinya hanya sebatas pemuasan nafsu belaka. Hamba mulia merupakan pribadi yang konsis mempererat kedekatan dengan sang kholiknya sekaligus berkiprah dengan teladan kebaikan.
0 komentar: