Penguatan Paham Muhammadiyah
Friday, March 23, 2012 | Author:
MUHAMMADIYAH UNTUK SEMUA
Oleh : Drs. Andi Hariyadi, M.Pd.I
Pada bulan November ini warga Persyarikatan Muhammadiyah memperingati kelahirannya secara berurutan, berdasarkan kalender Hijriyah yaitu pada hari jum’at 8 Dzulhijjah 1432 H yang bertepatan dengan tanggal 4 Novermber 2011, usia Muhammadiyah sudah 102 tahun, dan berdasarkan kalender Miladiyah pada 18 November 2011, Muhammadiyah usianya memasuki 99 tahun, karena KH. Ahmad Dahlan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah pada 8 Dzulhijjah 1330 H yang bertepatan 18 November 1912. Usia gerakan Muhammadiyah sudah memasuki tahapan pematangan untuk terus dikembangkan, bukan karena kaya pengalaman karena kehadirannya sebelum kemerdekaan Indoensia, tetapi lebih dari itu adanya konsistensi perjuangan yang penuh ke ikhlasan dari para pendiri dan penerusnya dalam memberikan yang terbaiknya bagi kemaslahatan. Meski diawal perjuangannya, gerakan dakwah Muhammadiyah mendapatkan cemoohan hingga dikafirkan, dijauhi dan dirintangi hingga diputuskan tali persaudaraan, tidak menyurutkan dalam melakukan dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan penuh kesantunan dan keteladan serta kepeloporan. Sang Surya telah bersinar, syahadat dua melingkar, warna yang hijau berseri membuatku rela hati, itulah sebagian syair lagu “ Sang Surya”, ciptaan Djarnawi Hadikusumo yang senantiasa dilantunkan pada berbagai acara Muhammadiyah, yang menunjukkan untuk senantiasa konsis seperti Matahari yang sinarnya mampu menjadi sumber kehidupan bagi semua makhluk-Nya tanpa membedakan keragaman yang ada, akibat adanya kekuatan aqidah (syahadat) sebagai daya dorong pencerahan dengan penuh keramahan dan ketulusan.
Dakwah Untuk Semua
Sejak awal berdirinya Muhammadiyah senantiasa melakukan kepedulian kepada segenap masyarakat tanpa kecuali, lebih-lebih suasana bangsa yang masih terjajah membuat kehidupan masyarakat jauh dari kesejahteraan, dimana kemiskinan benar-benar menyekik penuh penderitaan, kebodohan membuat masyarakat terus dipinggirkan tanpa diberikan keadilan, pemahaman dan pengamalan agama Islam yang sudah tidak murni lagi karena tercampur dengan ajaran lainnya sehingga kondisi spiritual keagamaan membutuhkan pemurnian, dan kondisi social membutuhkan percepatan perbaikan untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Gerakan Al Ma’un yang dipelopori KH. Ahmad Dahlan beserta para muridnya mampu menggegerkan kota Yogja, karena adanya penyantunan kepada masyarakat yang membutuhkan, yang tidak bisa makan diberikan makanan, pakaian yang kotor dan kehidupan yang kumuh dibersihak dan dimandikan dengan diberikan pakaian yang terbaik, yang menderita sakit dibangunkan rumah sakit untuk merawat dan menyehatkan, anak-anak yatim dan kurang mampu yang terlantar dibina dip anti asuhan, terbatasnya akses pendidikan maka didirikanlah sekolahan dan sebagainya. Dakwah Muhammadiyah saat itu benar-benar bersifat strategis dalam memberikan layanan pada masyarakat, dakwah yang tidak sebatas wacana dan berdebatan saja tetapi diwujudkan dalam karya monumental berupa amal soleh.
Gerakan kepedulian ini tidak lalu menjadikan diri elitis, yang serba minta dilayani, tetapi, justru kepeduliannya semakin dekat kepada masyarakat untuk diberdayakan hingga mendapatkan kesejahteraa, luas pandangan dan tanggap memberikan bantuan. Sebagaimana transkrip pidato KH. Ahmad Dahlan, yang dimuat dalam Almanak 1923:….Marilah para pemimpin untuk segera berkumpul membicarakan kebenaran (haq) tanpa memandang dan memilih bangsa”, dari pidato inilah sepertinya terus terinspirasi untuk selalu memberikan yang terbaik dan benar dengan penuh ketulusan tanpa ada diskriminasi sedikitpun. Pemahaman ini semakin menyadarkan kepada kita bahwa ternyata masih kuatnya ikatan-ikatan yang membatasi ruang gerak kita, dimana adanya kebijakan yang lebih menguntungkan kelompok dan kroninya semata dan tidak peduli lagi pada yang lainnya, lebih-lebih yang berseberangan dalam kancah perpolitikan akan terus dilawan karena dianggap menggangu kepentingan yang selama ini sudah dibangunkannya. Bangsa ini sepertinya akan jauh dari rasa keadilan dan kesejahteraan manakala masih kuatnya pemahaman yang sempit dan kerdil wawasan, bantuan akan diberikan jika mau bergabung dalam lingkaran dan kroni pendukunya, inilah bentuk kemunduran cara berpikir serta sangat memalukan, karena kepeduliaannya penuh kepentingan jangka pendek dan direkayasa untuk dilangengkan. KH. Ahmad Dahlan adalah tokoh yang memiliki kemajuan dalam berpikir lebih-lebih dalam memberikan bantuan kemanusiaan, tidak akan ditanya terlebih dahulu apa agamanya, keturunan siapa, dan apa pandangan politiknya, sehingga hal inilah yang mengakibatkan Muhammadiyah bisa diterima oleh semua elemen masyarakat, karena komitmen menguatkan persaudaraan.
Milad Penguat Persaudaraan
Kita benar-benar prihatin ketika rasa persaudaraan dan kerukunan sebagai pilat terwujudnya persatuan dan ketahanan bangsa mulai melemah, dimana persoalan idiologi bangsa mulai ada yang mempersoalkan lagi, padahal sudah dirumuskan bersama oleh para pendiri bangsa bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang beraneka suku bangsa dan agama dimana dengan idiologi Pancasila bisa menjadi perekat keragaman yang ada. Pemahaman keyakinan yang ada janganlah dibenturkan dengan idiologi bangsa, disamping karena sudah sesuai serta secara historis kebhinekaan itu sudah tumbuh dan bisa hidup secara berdampingan pada dinamika kehidupan masyarakat yang saling menghormati dan menghargai atas perbedaan yang ada. Kesadaran ini khususnya bagi warga Persyarikatan Muhammadiyah sudah dinyatakan dalam Muqoddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah yang disusun oleh Ki Bagus Hadi Kusumo bersama pimpinan lainnya sejak tahun 1945 dan disahkan pada tahun 1951 sebagai upaya merekonstruksikan kembali pokok-pokok pikiran KH.Ahmad Dahlan, sebagai arah kebijakan Persyarikatan.
Dalam Muqoddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah itu ada 7 pokok-pokok pikiran sebagai prinsip perjuangan, yaitu : bahwa hidup manusia berdasarkan taukhid; bahwa hidup manusia itu bermasyarakat; hanya hukum Allah yang sebenar-benarnya satu-satunya yang dapat dijadikan sendi untuk membentuk pribadi yang utama, dan mengatur ketertiban hidup bersama (bermasyarakat) dalam menuju hidup bahagia yang hakiki didunia dan diakhirat; berjuang menegakkan dan menjunjung tingg Agama Islam; mengikuti jejak (ittiba’) perjuangan para Nabi terutama perjuangan Nabi Muhammad SAW; perjuangan untuk mewujudkan pikiran-pikiran dengan cara berorganisasi; seluruh perjuangan mengarah ke satu tujuan Muhammadiyah, yakni terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Pokok-pokok pikiran ini mendorong Muhammadiyah beserta seluruh organisasi Otonomnya untuk terus mempererat persaudaraan sebagai implementasi dari nilai-nilai spiritualitas untuk disinergikan dengan berbagai aspek sosial.
Milad Muhammadiyah ke – 102 / ke – 99 Tahun 1432 H / 2011 M mengambil tema, “ Muhammadiyah Membangun Karakter Utama untuk Kemandirian dan Kemajuan Bangsa”, disamping sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dan terimakasih pada semua komponen bangsa yang telah ikut member dorongan dan dukungan sehingga Muhammadiyah tumbuh mekar di negeri tercinta ini, untuk umat dan bangsa bahkan bagi kehidupan dunia kemanusiaan universal. Tema Milad ini sangat tepat, lebih-lebih kondisi bangsa Indonesia sedang menghadapi banyak masalah, dan salah satu akar masalahnya ialah hilangnya karakter yang utama di tubuh bangsa ini, termasuk di kalangan para elite pemimpinnya, untuk lebih focus menangani kondisi real bangsa bukan sekedar kamuflase yang sekedar menyenangkat sesaat. Dalam naskah pidato Milad tersebut dinyatakan, Muhammadiyah juga menyampaikan ajakan dan komitmen moral bahwa dalam membangun bangsa, tidak kalah pentingnya membangun kekuatan karakter atau akhlaq utama di tubuh bangsa ini yang mengedepankan kejujuran, keadilan, kemanusiaan, keterpercayaan, persaudaraan, kemandirian, dan nilai-nilai moral yang dibangun di atas kebenaran dan kebaikan.Masa depan bangsa ini tergantung pada keutamaan akhlaq warga dan para pemimpinnya, disertai sikap jujur dan amanah dalam menunaikan tugas bangsa dan Negara. Bangsa yang berkarakter utama akan mampu mempercepat kemajuan bangsa sehingga meraih kesejahteraannya, menguatkan kedaulatan bangsa sehingga mandiri dan berdaulat.
Momentum Milad Muhammadiyah disambut luar biasa oleh warga Persyarikatan, mulai dari Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting dengan menggelar berbagai agenda kegiatan yang mencerahkan dan membangun kepedulian untuk peran kemanusiaan dan kebangsaan. Pada beberapa kesempatan Pak Dien menyataka; bahwa Muhammadiyah tidak pernah lelah untuk mendorong umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah agar melembagakan amal saleh yang fungsional dan solutif, sebagai pancaran iman yang sempurna dan untuk merefleksikan ajaran Islam yang memberikan rahmat atau kasih sayang bagi seluruh alam semesta (rahmatan lil 'alamin). Selamat Milad Muhammadiyah.
UNDANGAN
Friday, September 16, 2011 | Author:

Mohon kehadiran seluruh guru dan karyawan sekolah Muhammadiyah Kota surabaya pada :

Hari                : SABTU
Tanggal           : 24 September 2011
Waktu             : 08.00 - selesai
Tempat            : Kantor PWM Jawa Timur
Acara              : Silaturrahiim Guru dan Karyawan
Pembicara       : Prof. Dr. H. Thohir Luth
                         Ketua Pimp. Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur
Iedul Fitri Penguat Persaudaraan Sejati
Wednesday, August 31, 2011 | Author:
1 Syawwal 1432 H yang menurut keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah jatuh pada hari Selasa, 30 Agustus 2011, sedang menurut keputusan Pemerintah jatuh pada hari Rabu, 31 Agustus 2011, sehingga di wilayah Indonesia warga masyarakatnya merayakan Iedul Fitri dengan hari yang berbeda, meski demikian persaudaraan sejati harus terus dipertahankan sebagai salah satu wujud implementasi dari prestasi ibadah yang telah terukir selama di bulan suci Ramadhan.

Momentum Romadhan benar-benar menyadarkan kita semua untuk terus melakukan koreksi diri dan percepatan untuk perbaikan diri, mengingat problematika kehidupan yang semakin keras dan penuh persaingan sehingga memeudahkan terjadinya konflik dan persinggungan sosial yang sangat tidak kita inginkan. Untuk itu selama kita berpuasa Romadhan yang berasal dari kata Ash Shoum berarti menahan, merupakan prestasi kehidupan bila kita mampu menahan berbagai rayuan hawa nafsu khususnya yang mengarah pada putusnya hubungan persaudaraan, sehingga ketika kita berpuasa itu ada proses tarbiyah untuk peduli terhadap sesama, sekaligus menguatkan jalinan persaudaraan sejati.

Berbagai konflik hingga berdarah-darah adalah wujud kekerdilan wawasan, egoisme yang jadi komandan, serta arogansi untuk klaim kebenaran sehingga jalinan persaudaraan terlemahkan. Maka Iedul Fitri merupakan kerinduan kita sebagai seorang muslim untuk kembali (ied) pada orientasi kesucian, kebersihan (Al Fitr), sikap inilah yang seharusnya tertanam kuat dalam mengarungi dinamika kehidupan yang penuh keragaman untuk menghargai perbedaan dan menghormati berbagai keyakinan, bukannya disikapi dengan kesombongan. Sebagaimana firman-Nya dalam Al Qur'an Surat Al Isro':37 :" Dan janganlah engkau berjalan dibumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi, dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung".

Persaudaraan sejati yang mengikat dari berbagai keragaman yang ada merupakan energi untuk melihat peradaban ke depan lebih bermakna, bukannya dijadikan alat untuk memicu konflik. Persaudaraan sejati akan muncul manakala adanya kesadaran bahwa kita adalah sama-sama makhluk-Nya untuk memerankan fungsi kita sebagai kholifatullah fil ard, sehingga berbagai keragaman yang ada tertampilkan secara indah karena adanya kesantunan, penghormatan, keteladanan dan kebersamaan untuk berlomba dalam kebaikan.

Selamat merayakan iedul fitri sebagai momentum kemenangan karena telah membebaskan sifat kerendahan untuk menuju kemuliaan. Taqobbalallhu minna waminkum, taqobbal ya karim. Drs. Andi Hariyadi, M.Pdi.