Jatuh (Cinta) Lagi Pada Muhammadiyah
Sunday, December 02, 2007 | Author:
Oleh: Ika Ratminingsih*

(Sebuah Laporan Kegiatan)


“Sudah saatnya Anda yang muda-muda ini yang bergerak. Bukan hanya internal AMM melainkan dalam konteks kebangsaan.”


Komentar yang berapi-api ini disampaikan oleh Dr. Mufti Mubarok, M.Si. sebagai pengantar saat menyampaikan materi ”Ke-AMM-an” pada acara Pengkaderan Terpadu. Komentar penggugah semangat yang cukup membuat mata peserta terbuka di saat hari sudah sangat malam. Pengkaderan Terpadu sendiri merupakan sebuah acara pengkaderan formal yang diselenggarakan atas kerjasama Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah Kota Surabaya. Bertempat di SDM 9 Kenjeran, sebuah tempat yang cukup rekreatif meskipun menjadi tempat belajar formal sehari-hari bagi para siswa.

Lebih lanjut ia mengatakan, AMM sebagai kader an sich persyarikatan yang mengemban tugas dakwah seharusnya tidak lagi berpangku tangan dan mengekor tradisi kepemimpinan sebelumnya. Dakwah harusnya tidak lagi dimasyarakatkan melalui cara konvensional namun tentunya harus lebih kontekstual atau meminjam istilah Amien Rais dakwah yang njamani[*1]. Efek globalisasi yang terjadi di era sekarang, selain masalah lingkungan, satu hal yang tidak bisa dilepaskan akibat gencarnya arus informasi adalah semakin mengecilnya dunia. Batas teritorial hingga perbedaan kultural pun bukan penghalang terjadinya interaksi antarbangsa pada saat sekarang. Istilah yang kemudian lebih dikenal dengan ”Global Village” ini pada akhirnya memberi konsekwensi terkikisnya religiusitas individu. Hal tersebut diasumsikan mengingat bahwa efek negatif lebih banyak mendominasi masyarakat khususnya generasi muda yang seharusnya menjadi agent of change. Dibutuhkan lebih dari sekadar sistem pengkaderan yang formal untuk melahirkan kader persyarikatan. Pengkaderan informal yang didapat dari pengalaman individu di luar ortom dan yang perlu dicatat adalah di bidang apa pun bukan masalah. Kesemuanya itu bisa menjadi proses pendewasaan yang lebih komprehensif bagi diri kader.

Sebagai kader persyarikatan, tentunya butuh lebih dari sekadar kenal dengan persyarikatan atau minimal butuh pemahaman secara berjamaah dan menyeluruh tentang persyarikatan. Drs. Nurcholis Huda dalam presentasi tentang ”Ideologi Muhammadiyah”[*2] menyampaikan bahwa sebelum memahami sesuatu apa pun itu butuh alasan untuk tertarik terlebih dulu, hal inilah yang sering menjadi permasalahan tersendiri bagi kaum muda. Banyak yang menganggap Muhammadiyah tidak menarik tanpa tahu apa sebenarnya gerakan ini. Dan hal ini menjadi dilematis, karena biar bagaimanapun juga merekalah penerus kepemimpinan termasuk di dalamnya amal usaha yang banyak dimiliki Muhammadiyah. Falling in love with Muhammadiyah dibutuhkan, bukan hanya terhadap kulit luar –alasan profesionalitas karena menjadi karyawan atau pegawai AUM misalnya— melainkan juga terhadap visi, misi, pun khittah perjuangan persyarikatan. Hal ini tentu tidak bisa dilepaskan bahkan menafikan hakikat kita sebagai manusia yang berfungsi sebagai khalifatullah fil ard. Secara individu, kita memiliki kewajiban sebagai hamba yang banyak memiliki kealpaan (hablun minallah) tetapi secara sosial ada tanggung jawab moral yang tidak mungkin kita abaikan begitu saja, tandas Prof. Dr. Zainul Arifin. Beliau menyampaikan hal tersebut ketika menyampaikan ”Hakikat Manusia dan Moralitas dalam Perspektif Islam”.

Wacana teoritis yang disampaikan secara apik oleh beberapa tokoh di atas akan menjadi sia-sia jika tidak diiringi dengan kesadaran kaum muda mengaplikasikannya dalam aktivitas ortom yang digelutinya. Akan tetapi, terlepas dari berbagai asumsi –negatif dan positif terhadap kegiatan ini-- pun kealpaan baik secara teknis hingga ideologis, semoga acara Pengkaderan Terpadu benar-benar mampu mengugah dan menggerakkan kembali ghirah yang selama ini luntur bahkan terkikis. Menyegarkan pikiran kembali dan membuat jatuh cinta lagi pada gerakan yang sebentar lagi memasuki usia satu abad ini. Forum komunikasi yang terbentuk pun sengaja diberi nama PENA (merupakan kependekan dari Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah). Forum yang menjadi tindak lanjut acara ini diharapkan mampu menjaga ruh keorganisasian yang sudah mulai terbentuk selain menjaga ukhuwah yang sudah terjalin. Apa pun itu, kegiatan ini hanya sebagian kecil kaderisasi dalam persyarikatan dan semoga kaum muda bisa selalu berproses dalam kebaikan.




Catatan Kaki:

[*1]
Mufti Mubarok, “Manifesto Kaum Muda Muhammadiyah” (Makalah yang disampaikan pada acara Pengkaderan Terpadu Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul 'Aisyiyah Kota Surabaya di SDM 9, Kenjeran, 10 November 2007).

[*2]
Nurcholis Huda, “Fall in Love with Muhammadiyah” (Slide presentasi yang disampaikan pada acara Pengkaderan Terpadu Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul 'Aisyiyah Kota Surabaya di SDM 9, Kenjeran, 10 November 2007).
This entry was posted on Sunday, December 02, 2007 and is filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: