Manusia sebagai hamba Allah, melakukan semua aktivitas kehidupannya hanya untuk beribadah sesuai Ad Dzariyat 56 :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."
Ayat ini tidak serta merta menghilangkan gairah keduniaan/keilmuan karena kita diberi bekal berupa akal. Saat ini kita sudah selesai memasukkan anak-anak kita ke bangku sekolah-sekolah favorit (mahal) supaya anak-anak kita pintar. Semoga anak-anak itu nantinya menjadi kaum yang berilmu dan berakhlak mulia, tidak seperti generasi ayah ibunya yang sampai saat ini hanya sebagai pengkonsumsi Ilmu Pengetahuan, bukan sebagai Produsen Ilmu Pengetahuan. Mungkin karena kita memandang sempit ayat tadi.
Kehidupan dunia (tradisi keilmuan) dan akhirat (ibadah) harus seimbang, sesuai Al Qashas 77 :
وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi."
Ilmu, telah menjadi perbincangan dari waktu ke waktu, bahkan ilmu telah menjadi simbol kemajuan dan kejayaan suatu bangsa, bahkan sebagai harga diri suatu umat. Hampir tak ada suatu bangsa dinilai maju kecuali di sana ada ketinggian ilmu. Akankah kita bergelimang dalam kebodohan, padahal kebodohan adalah lambang kejumudan?
Sebagai umat yang punya harga diri, seharusnya tradisi keilmuan itu mendarah daging pada diri kita. Tidak ada ilmu yang mubadzir selama berada pada koridor keilmuan itu sendiri dan kesesuaian ber-Islam. Banyak diantara kita melakukan sesuatu tidak berdasarkan tradisi keilmuan, hanya berdasarkan ‘katanya’, ‘pokoke’, dll. Ketika ditanya “Hai Fulan, kenapa kau lakukan hal itu?”, si Fulan menjawab “ Katanya hal ini baik, ya..saya lakukan”. Ironis, karena sesuatu yang baik menurut kacamata manusia, belum tentu benar menurut Islam. Apa yang salah dengan Sedekah Bumi? Kan baik,mensedekahi bumi agar tidak murka, toh makanannya dibagikan ke penduduk sekitar. Tapi hal ini jelas bertentangan dengan Islam jarena Syirik. Kenapa hal ini terjadi? Karena tidak berilmu.
Ilmu membawa banyak manfaat buat pemiliknya, diantaranya adalah:
1. Ilmu akan kekal sekalipun pemiliknya telah mati, jauh berbeda dengan harta yang jadi rebutan jika pemiliknya mati dan harta itupun pasti akan sirna. Dari segi harta Abu Hurairah Radhiallaahu anhu memang termasuk golongan fuqara’ (kaum papa), memang hartanya telah sirna, tapi ilmunya tak pernah sirna, kita semua masih tetap mem-bacanya. Inilah buah seperti yang tersebut dalam hadits Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam :
Artinya : “Jika manusia mati terputuslah amalnya kecuali tiga: shadaqah jariyah, atau ilmu yang dia amalkan atau anak shalih yang mendoakannya.”
2. Ilmu, sebanyak apapun tak menyusahkan pemiliknya untuk menyimpan, tak perlu gedung yang tinggi dan besar untuk meletakkannya. Cukup disimpan dalam dada dan kepalanya, bahkan ilmu itu yang akan menjaga pemiliknya sehingga memberi rasa nyaman dan aman, lain halnya dengan harta yang semakin bertumpuk, semakin susah pula untuk mencari tempat menyimpannya, belum lagi harus menjaganya dengan susah payah bahkan bisa menggelisahkan pemiliknya.
3. Para Ulama , termasuk golongan petinggi kehidupan yang Allah perintahkan supaya orang mentaatinya, tentunya selama tidak menganjurkan durhaka kepada Allah dan RasulNya, sebagaimana firmanNya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan Ulil Amri di antara kamu."
[QS. An-Nisa: 59]
Ulil Amri, menurut ulama adalah Umara’ dan Hukama’ (Ahli Hikmah/Ahli Ilmu/Ulama). Ulama berfungsi menjelaskan dengan gamblang syariat Allah dan mengajak manusia ke jalan Allah. Umara’ berfungsi mengoperasionalkan jalannya syariat Allah dan mengharuskan manusia untuk menegakkannya.
4. Ilmu adalah jalan menuju Surga, tiada jalan pintas menuju Surga kecuali ilmu. Sabdanya :
"Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju Surga." (HR. Muslim).
5. Allah akan mengangkat derajat Ahli Ilmu (orang alim) di dunia dan akhirat. Di dunia Allah angkat derajatnya di tengah-tengah umat manusia sesuai dengan tingkat amal yang dia tegakkan. Dan di akhirat akan Allah angkat derajat mereka di Surga sesuai dengan derajat ilmu yang telah diamalkan dan didakwahkannya, sesuai Al Mujadilah 11 :
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat."
Demikianlah sebagian dari keutamaan Ilmu. Kini saatnya bagi kita untuk melakukan sesuatu berdasarkan Ilmu, tidak norok buntek atau malah tidak tahu alasannya sama sekali. Semoga kita tidak tergolong sebagai hamba Allah yang bodoh, Amin Ya Robbal ‘Alamin.
0 komentar: