Budaya Semangat Kerja Dalam Islam
Sunday, March 02, 2008 | Author:
Oleh: Aulia Rahman

Budaya kerja yang baik merupakan sebuah impian bagi negara maju dan berkembang hal tersebut pastinya juga akan membicarakan bagaimana aliran pemikiran, perasaan dan cara sebuah masyarakat menjalani kerja. Apakah dalam masyarakat budaya kerja gotong-royong sudah terbiasa dilakukan untuk kehidupan sehari-hari atau sikap individual yang lebih sering dilakukan oleh masyarakat?, Budaya kerja yang menepati falsafah dan nilai etika Islam, maka akan melahirkan ciri – ciri berikut ini dalam menyusun dan menjalani pekerjaan oleh anggota dalam sesebuah organisasi atau perusahaan:

Pertama, organisasi dan pekerja Muslim seharusnya senantiasa berusaha untuk meningkatkan kualitas, prestasi, dalam melakukan kerjanya. Mereka yang berkecimpung dalam pekerjaan dan menganggap kerja sebagai tuntutan keagamaan dan ibadah, maka mereka dapat dilihat Kualitas prestasi kerja yang akan menghasilkan nilai positif, yang akan senantiasa dicetak oleh pekerja atau. Pandangan ini memerlukan usaha untuk mewujudkan satu budaya untuk meningkatkan kualitas pekerjaan. Budaya kerja Islam membina kekuatan melalui mekanisme keagamaan yaitu menghubungkan usaha atau pekerjaan dan menjalani suatu pekerjaan sebagai tuntutan keagamaan atau ibadah. Bagi seseorang pekerja Muslim yang ingin menghayati Islam, mereka seharusnya turut berusaha meningkatkan prestasi kerja dari masa ke masa. Nabi Muhammad SAW bersabda :


……………………………………………….

artinya : “Sesungguhnya Allah suka apabila seseorang dari pada kamu melakukan sesuatu pekerjaan, maka dia melakukannya dengan penuh ketelitian dan dengan sebaik-baiknya.”
(Hadis riwayat al-Baihaqi)


Mekanisme keagamaan ini yang sepatutnya memotivasi pekerja Muslim untuk berprestasi tinggi. Tetapi, pada realitanya semasa pekerja Muslim tidak memahami Islam secara menyeluruh dan melihat tugas pekerjaan sebagai sesuatu yang berpisah dari paham keagamaan. maka dari pada itu untuk membangun budaya kerja yang berprestasi tinggi, pekerja Muslim perlu diberi kefahaman bahwa berprestasi kerja yang berkualitas adalah tuntutan agama Islam.

Kedua, menepati semangat tauhid yang menganjurkan agar dalam diri manusia terdapat satu kesatuan. Peningkatan prestasi kerja harus dicapai melalui penghayatan, peningkatan akhlak pekerja. Agama islam melihat tuntutan akhlak sebagai sesuatu yang positif dan dinamik. Akhlak membentuk sikap dan daya penggerak positif kepada kemajuan pekerja dari semua dimensi. Justru, agama menuntut umatnya supaya sentiasa kreatif dan bersikap proaktif dalam menyelesaikan segala hal pekerjaan atau masalah. Tanpa budaya akhlak yang tinggi prestasi pekerja atau seseorang akan menghadapi kemelesetan atau kemunduran karir.


…………………………………………………………

Artinya : Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi ? tidak ada Tuhan selain dia; Maka Mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?
(Q.S Faathir, 3)


Ketiga, budaya kerja Islam memberi tekanan yang tinggi untuk disiplin pada setiap umatnya. Umat Islam sepatutnya, melalui penghayatan ibadah khusus seperti shalat, puasa, zakat dan haji sepatutnya memiliki disiplin yang tinggi. Masyarakat tanpa disiplin pasti akan menghadapi krisis dalam kehidupan termasuk dalam melaksanakan pekerjaan maupun kegiatan sehari-hari.

Islam memberi perhatian khusus terhadap Pemegang kuasa, waktu dan sumber pembuatan. Islam mengutuk mereka yang tidak menggunakan kuasa dengan berbaik dan menghormati waktu (maksud surah al-’Ashr).


………………………………………….

Artinya : 1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(QS. Al-Ashr)


Begitu juga dengan penggunaan sumber kekayaan dalam proses produksi dan penggunaan. Allah mengingatkan mereka agar tidak melakukan hal yang mubazir atau menghambur-hamburkan kekayaan tanpa tujuan atau kepentingan, hal tersebut sama dengan seperti amalan yang dilakukan syaitan. Maka dari pada itu bila ada seseorang yang suka melakukan perbuatan mubazir maka dia tidak ada bedanya dengan syaitan.

Keempat, menepati semangat tauhid yang mengajurkan adanya kesatuan dan persatuan dalam bekerja atau bermasyarakat. Oleh itu, Islam menganjur kepada budaya kerja secara bermufakat dan bergotong-royong (saling membantu). Bagi agama Islam, pada fitrahnya kebersamaan dalam menjalani pekerjaan akan tercapai melalui semangat bekerja sama secara bermufakat dan gotong-royong. Semangat ini secara langsung diberi perhatian yang utama oleh budaya kerja Negara Jepang. Metode manejemen pekerjaan dalam masyarakat Jepang, bergantung dengan secara tegas kepada penentangan pandangan hidup yang berazas nilai individualisme bermasyarakat, seperti halnya masyarakat Barat. Tradisi kefahaman masyarakat Jepang menyakini bahawa kehidupan bermasyarakat lebih menjamin kepada kejayaan dari pada keutamaan hidup secara individu. Keutamaan kepada hidup berkelompok ini mendasari pendekatan pengurusan pekerjaan dinegara Jepang.

Mikio Sumiya seorang ilmuwan Jepang, berpandangan bahwa menghayati semangat hidup berkumpulan atau berorganisasi dibentuk untuk meningkatkan prestasi kerja. menurutnya: “Dengan berkelompok kita dapat mengatasi masalah serumit apapun dan hasilnya akan menunjukkan sikap putusan yang mufakat bukan bersifat individu.” Melakukan kumpulan atau berkelompok untuk melakukan tindakan yang ma’ruf juga dijelaskan oleh Allah Swt dalam Al-Quran.


……………………………

Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
(QS. Ali-Imron, 104)


Kata Ma’ruf dalam surat Ali-Imron tersebut diartikan segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya. Maka hasil pandangan hidup yang menumpu kepada kepentingan bersama dapat mewujudkan rasa kebersamaan dan silaturrahim terhadap sudara muslim lainnya, maka segala pekerjaan Negara Jepang memperkenalkan satu mekanisme dinamakan Kualitas kebersamaan. Melalui metode yang diperkenalkan pada 1962, mutu Pengahasilan dapat ditingkatkan. Metode ini sesuai dengan pendapat shidup pekerja Jepang yang menumpu kepada semangat kesetia kawanan yang memberi peluang untuk semua pekerja tertib dan memberi pandangan dalam proses membuat keputusan. Melalui metode ini terdapat peningkatan kualiti, penghasilan secara berkelanjutan dapat wujudkan oleh pekerja di Jepang.

Maka Islam mendidik umatnya untuk memahami hakikat bahwa manusia harus dapat memaksimalkan fitrahnya dan memiliki sifat sosial. Justru, menjalankan tugas secara mufakat adalah perintah sebelum manusia berkembang besar dan modern seperti ini.
This entry was posted on Sunday, March 02, 2008 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: