Menyambut Lailatul Qadr
Friday, October 01, 2010 | Author:
Oleh: Drs. H. Syamsun Aly, M.A.

Setiap mukmin pasti mendambakan dapat bertemu Lailatul Qadr. Suatu malam yang paling istimewa nilainya di banding malam-malam lain dibulan Ramadlan. Malam itu seluruh malaikat yang dipimpin Malaikat Jibril serentak turun ke bumi, untuk mengamati manusia yang sedang beribadah kepada Allah hingga terbit fajar.

Hal itu wajar karena pada malam tersebut segala amal maupun ibadah manusia dilipat gandakan lebih baik daripada 1000 bulan. Sebuah lipatan kebaikan yang amat spektakuler. Karena dengan beramal sekali saja di malam tersebut, dinilai lebih baik daripada beribadah penuh (tanpa kerja, tidur, serta aktifitas lainnya) selama 85 tahun atau bahkan lebih dari itu.

Andai saja ada orang yang tahu persis datangnya lailatul qadr, kemungkinan dia malas untuk beribadah rutin seperti shalat, puasa dan sebagainya, karena menurut fi*kirannya sudah cukup diwakili ibadah semalam, saat lailatul qadr datang.

DATANGNYA LAILATUL QADR
Riwayat berikut ini :
“Dari Ibnu Umar, sesunggunhnya beberapa orang dari shahabat Nabi saw. dilihatkan lailatul qadr dalam mimpi, pada tujuh yang akhir (di bulan Ramadlan). Maka Rasulullah saw. bersabda: Telah ditunjukkan kepadaku (kebenaran) mimpi kamu, yaitu telah setuju pada tujuh yang terakhir. Barang siapa yang hendak cari dia (lailatul qadr), carilah di tujuh yang akhir.”
(HR. al-Bukhari Muslim dari Ibnu Umar ra.)

Dalam riwayat lain diterangkan pula :
قاَلََ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَحََيَّنُوا لََيْلَةَ القَدْرِ فِى الْعَشْرِ اْلاَوَاخِرِ اَوْ قَالَ فِى تِسْعِ اْلاَوَاخِرِ.
“Rasulullah saw. bersabda : “ carilah waktu lailatul qadr pada sepuluh yang akhir atau bersabda : pada sembilan yang terakhir.”
(HR. Muslim dari Ibnu Umar ra.)
Berdasarkan dua hadits di atas maka dapat diambil pedoman bahwa jika seseorang ingin menyambut datanganya lailatul qadr, maka hendaklah ia menyambutnya sejak malam awal sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadlan.

Kebetulan pada malam sepuluh terakhir dari bulan Ramadlan juga diperintakan untuk melakukan I’tikaf, ibadah khusus yang dilakukan bersamaan dengan waktu-waktu hadirnya lailatul qadr. Yakni berdiam diri di masjid dalam waktu yang dipandang cukup, untuk berfikir (intruspeksi), berdzikir dan berdo’a kepada Allah, dengan suara yang lembut/amat pelan, sehingga tidak mengganggu ketenangan dan kekhusyu’an jamaah I’tikaf di sekelilingnya.

Mengenai pedoman untuk ber- I’tikaf ini, diceritakan oleh ‘Aisyah ra.
اَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الاَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ, ثُمَّ اعْتَكَفَ اَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدُ. (متفق عليه)
“Sesungguhnya Nabi saw. melakukan (ibadah) I’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari (bulan) Ramadlan sehingga Allah mewafatkan beliau. Lalu ber-I’tikaf (pula) istri-istri beliau sesudahnya.”
(Hadits disepakati oleh al-Bukhari dan Muslim).
DO’A MENYAMBUT LAILATUL QADR
Tidak ada larangan bagi setiap mukmin berdo’a apa saja yang dipandang baik, sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Namun khusus menyambut datangnya lailatul qadr, Rasulullah saw memberikan do’a tersendiri.

Sebagaimana pertanyaan Aisyah (istri beliau).
“Wahai Rasulullah, bagaimana kalau aku tahu di malam apa lailatul qadr? Apa yang aku ucapkan padanya?
Beliau menjawab : engkau hendaklah mengucapkan :
اَلَّلهُمَّ اِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
“Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha pengampun, suka mengampuni, maka ampunilah akan daku”
(HR Imam Lima selain Abu Dawud dan disahkan dia oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim).
HALANGAN BERTEMU LAILATUL QADR
Meskipun setiap orang mendambakan dapat bertemu lailatul qadr, namun faktanya tidak banyak yang berhasil, karena ada saja gangguannya. Di malam sepuluh terakhir Ramadlan yang mestinya padat ibadah dan banyak bonus kebaikan dari yang Maha Pemurah itu, justru disibukkan thawaf di mall-mall atau plaza-plaza, untuk belanja berbagai keperluan Hari Raya, dengan iming-iming bonus murah.

Oleh sebab itu perlu sekali adanya manajemen waktu yang baik. Sehingga belanja serta kebutuhan lain tetap kelar, sementara ibadah di malam Ramadlan juga tidak terlantar, demi tergapainya lailatul qadr.
This entry was posted on Friday, October 01, 2010 and is filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: