(Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah)
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
[QS an-Nisaa' (4): 58]
Kisah kenabian selalu memberikan ‘ibrah ketakjuban yang sarat makna. Kala itu. tahun kelima hijriyah, kaum muslimin tengah berjuang penuh pengorbanan tatkala menggali parit jelang perang Khandaq. Dalam ikhitiar mempertahankan diri dari gempuran sekutu kaum Quraisy, kabilah Ghathafan, dan penghianat Yahudi Bani Nadhir yang berjumlah sekitar sepuluh ribu pasukan.
Nabi bersama seluruh kaum muslimin di Madinah harus membikin pertahanan yang tangguh. Atas saran Salman al-Farisi yang cemerlang, dibuatlah parit yang melingkari ujung kota Yastrib bagian utara sebagai basis pertahanan dari serbuan musuh.
Siang dan malam dihabiskan untuk menggali parit. Di tengah cuaca dingin yang menyengat kota Madinah atau Yatsrib saat itu dan dalam keadaan tak berkecukupan logistik, Nabi bersama kaum muslimin yang berjumlah sekitar seribu orang terus menggali parit.
Tak kenal kata menyerah, meski dalam keadaan lapar karena terbatas makanan. Nabi Muhammad sendiri bersimbah peluh, menggali tanah, bahkan memecah bongkahan-bongkahan batu. Karena keteladanannya yang luar biasa itu, pemimpin yang tak sekadar indah bercakap kata, tetapi juga konsisten dalam bertindak nyata, Allah memberikan penghormatan dengan menurunkan ayat :
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
[QS al-Ahzaab (33): 21]
Ketika para penggali parit semakin terkuras tenaga, sementara perut para mujahid itu lapar dan dahaga, sahabat Nabi Jabir bin Abdillah bersama istrinya menyiapkan makan untuk menjamu. Tetapi sayang jumlahnya terbatas. Nabi diberitahu agar mengundang beberapa puluh sahabat saja karena makanan tak mencukupi. Tetapi Nabi mengundang seluruh kaum muslimin untuk makan, yang membuat Jabir kaget karena dalam pikirannya pasti akan banyak yang tidak memperoleh jatah. Namun apa yang terjadi, hidangan makanan itu lebih dari cukup, bahkan tersisa untuk cadangan. Inilah kisah nubuwah yang bernama berkah, keberuntungan dari Allah yang melampaui nalar manusia.
Banyak peristiwa dalam kehidupan yang menandakan keagungan Allah dan terhampar dalam dunia nyata. Tidak sedikit hal-hal yang di luar jangkauan nalar inderawi manusia terjadi dalam kehidupan, yang hanya mampu dicandra oleh ruhani yang melampaui batas nalar-rasional. Termasuk dalam hal memperoleh rezeki dari Allah. Ketika segala daya upaya dilakukan dalam perjuangan hidup, dengan mengorbankan segala modal ruhaniah, kemudian pintu rezeki dibukakan Allah dari langit dan bumi. Kadang datangnya min haitsu la yahtasiba, dari tempat yang tak terduga.
Bersebaran ayat tentang berkah Allah. Berkah selalu berkaitan dengan kebaikan (a/-khair), kasih sayang (al-rahmat), anugerah (al-fadhilah), dan keberuntungan (al-falah) dari Allah kepada makhluk yang dicintai-Nya. Nabi dan kaum muslimin karena kedekatannya yang begitu rupa kepada Allah dalam menjalani kehidupan dan menegakkan perjuangan di jalan-Nya, memperoleh kasih sayang Allah dalam bentuk berkah-Nya.
Ketika Allah berkehendak melimpahkan berkah-Nya, maka tidak ada yang dapat menghalanginya. sehingga keberuntungan yang serba melampaui itu datang kepada siapapun yang dipilih Tuhan. Dengan Rahman dan Rahim Allah, manusia dan seluruh makhluk di muka bumi ini yang dicintai-Nya, terbuka lebar untuk memperoleh berkah-Nya.
Meraih berkah Allah tidak perlu dengan melakukan tabarruq (mengusahakan untuk memperoleh berkah) yang menjurus pada tindakan syirk atau kemusyrikan. Berkah dapat diperoleh melalui amal kebaikan plus do’a yang matsurah, yang dilakukan sepenuh keikhlasan tanpa pamrih duniawi. Ketika kita ingin melakukan amal kebaikan dengan mengharap ridha dan karunia Allah, maka lakukanlah sepenuh keikhlasan, maka insya Allah berkah Tuhan Yang Maha Rahman dan Rahim akan mengalir. Demikian pula dalam perjuangan menegakkan Kalimah Allah seperti dalam berdakwah melalui gerakan Islam Muhammadiyah.
Jika anda memberi dengan tangan kanan, jangan sampai diketahui tangan kiri, apalagi dengan ria dan pamrih memperoleh imbalan manusia. Lakukanlah sepenuh keikhlasan dan kebaikan yang hakiki. Tunaikan amanah baik berat maupun ringan dalam berjuang. Jangan kecewa ketika gagal atau tidak memperoleh dukungan, sebaliknya tak perlu juga ujub dan ria manakala memperoleh dukungan manusia.
Dalam berjuang menegakkan agama Islam, termasuk dalam kiprah di Muhammadiyah, tidak perlu banyak menuntut dan penuh kerewelan, seolah beramal itu banyak hambatan. Segala kekurangan digugat. kebijakan dipertanyakan dan dikritik habis-habisan, keluhan demi keluhan terus mengalir, akhirnya tidak berbuat dengan seribus satu alasan. Berjuanglah dengan penuh kesungguhan, sekaligus kesabaran, itulah batu ujian dalam kehidupan yang akan dihisab Allah di Yaum al-Akhir. Firman Allah:
أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.
[QS Ali Imran (33): 142]
Karena pengorbanan dan berjuangan yang luar biasa, maka Allah memberikan berkah kemenangan kepada Nabi dan kaum muslimin dalam perang Khandaq atau perang Ahzab yang bersejarah itu. Allah berfirman:
وَلَمَّا رَأَىٰ الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هٰذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا
Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita". Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.
[QS al-Ahzaab (33): 22]
Dalam ayat tersebut, yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya itu ialah kemenangan sesudah mengalami kesukaran.
0 komentar: