وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولًا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
[QS al-Israa' (17): 36]
Pernah suatu hari ada pengurus masjid di Surabaya utara mencari saya, untuk mengisi kuliah subuh yang diadakan setiap hari Ahad pagi di masjidnya. Dia berangkat dari rumah sejak jam 06.00 namun baru sampai di kediaman saya sekitar jam 08.30 pagi. Padahal jarak rumahnya dengan rumah saya hanya sekitar 3 km dan itupun ditempuh dengan kendaraan sepeda motor. Artinya dia berjuang untuk dapat menemukan tempat tinggal saya, membutuhkan waktu 2,5 jam, padahal semestinya paling lambat hanya memakan waktu 20 menit.
Ketua ta’mir yang sudah purna tugas dari TNI tersebut sangat gembira setelah berhasil menemui saya, yang kebetulan berada di teras rumah. Dengan wajah penuh kegembiraan meski hampir putus asa, disertai kucuran keringat. Ia menuturkan perihal betapa repotnya mencari rumah saya. “masya Allah ustadz, saya tadi sudah tiga kali lho melewati gang ini, eh… nggak taunya kalau ini gangnya ustadz.” Tuturnya kepada saya.
Setelah saya persilahkan masuk dan duduk, saya bertanya “gimana ceritanya pak, kok sampai lama mencari rumah saya?” Dia menjawab “Saya tidak tahu gang dan nomor rumah ustadz secara pasti. yang saya ingat adalah di Bulakbanteng dekat masjid. Eh… ternyata Bulakbanteng itu kok banyak, ada Bulak banteng Kidul, Bulakbanteng Madya, Bulakbanteng Baru, Bulakbanteng Lor dan lainnya. Tapi yang penting saya sudah plong karena berhasil ketemu ustadz” tambahnya.
Kisah serupa sering terjadi juga tengah-tengah kehidupan kita, bahkan pernah juga ada orang dari desa yang mencari keluarganya di Surabaya hingga beberapa hari tidak ketemu, bahkan sampai ketangis, karena tidak memiliki alamat yang jelas. Dalam tinjauan agama Islam berarti ia beramal sebelum berilmu, yang dampaknya akan mengalami kesulitan, kegagalan serta penyesalan.
MENGAPA HARUS BERILMU SEBELUM BERAMAL?
Firman Allah dalam surat al-Isra’ ayat 36 di atas dengan jelas melarang kita taqlid (mengikuti amalan atau ibadah dengan cara ikut-ikutan orang tanpa mengetahui ilmunya). Sebaliknya, memerintahkan kepada kita untuk Ittiba’ (mengikuti ajaran Rasulullah Muhammad saw.).
Ayat pertama yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad saw, QS. Al-’Alaq : 1-5 juga memerintahkan beliau beserta ummatnya untuk membaca dan menulis, sebagai cara paling tepat dalam proses menuntut ilmu atau belajar.
Setiap amal / ibadah yang dilakukan manusia tentu mempunyai tujuan agar diterima dan dibalas oleh Allah. Syarat agar ibadahnya dapat diterima, ia harus memiliki ilmu tentang ibadah yang akan dilakukan itu. Shalat misalnya, ia harus terlebih dahulu mengetahui ilmu shalat, sejak dari takbir hingga taslim, syarat rukunnya, serta tatacara pelaksanaannya, sebagaimana dicontohkan / diperintahkan oleh Rasulullah saw. Sabda beliau:
“Barang siapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada perintahku atasnya, maka amalan itu tertolak (tidak diterima).”
[HR Muslim]
Orang yang mendirikan shalat atau amalan lainnya, tanpa mengetahui ilmunya terlebih dahulu, maka shalatnya akan mengalami banyak kekeliruan. Akan mengalami kebingungan jika melihat orang lain mengerjakan shalat berbeda dengan dirinya. Sehingga tidak ada kemantapan dan kekhusyu’an. Sebaliknya malah membuat keresahan serta keraguan dalam jiwa.
Beramal dengan landasan ilmu al-Qur’an dan as-Sunnah disebut amal shalih, yakni amalan yang tepat, amalan yang sesuai dengan perintah Allah dan petunjuk RasulNya. Amalan seperti inilah yang akan diterima dan dibalas oleh Allah swt. Tentunya harus dilandasi dengan keimanan dan keikhlasan. Sebab menurut shahabat Fudhail bin Iyad, ada dua syarat diterimanya amal/ibadah manusia. Yaitu, pertama harus didasari dengan keikhlasan (karena Allah semata) dan kedua harus benar ( mengikuti petunjuk Rasulullah dalam Sunnahnya).
Mari terus kita menuntut ilmu tanpa kenal batas usia dan beramal / bekerja berdasarkan ilmu, baik untuk urusan duniawi maupun urusan ukhrawi, agar kita dapat memperoleh kebahagiaan, keselamatan serta derajat seperti dijanjikan oleh Allah dalam al-Qur;an Surat al-Mujadilah ayat 11. semoga.
0 komentar: