'Ibrah Tentang Kehidupan
Saturday, April 10, 2010 | Author:
Oleh: DR. H. M. Haedar Nashir, M.Si.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah

إِنَّ فِي ذٰلِكَ لَعِبْرَةً لِّمَن يَخْشَىٰ

Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya).
[QS an-Nazi'at (79): 26]

Rihlah ‘ibrah dalam hidup ini. Sebab, tidak semua orang dalam rentang usia di ujung senja sekalipun mampu melakukannya. Fir’aun yang perkasa, banyak uangnya hingga dihambur-hamburkan, dan serba kuasa di masa hidupnya tak mau belajar tentang kehidupan. Karena merasa paling digdaya (kuasa) Fir’aun angkuh diri luar biasa hingga berani sesumbar ana rabbukum al-’ala (aku adalah tuhanmu yang maha tinggi). Akulah manusia terhebat di muka bumi !

Tuhan akhirnya mengazab penguasa dinasti Rames di negeri Mesir itu dengan menenggelamkannya di Laut Merah. Atas peristiwa angkara murka Fir’aun itu maka Allah menurunkan ayat ke-26 dari surat al-Nazi’at dengan menutup kalimat inna fi dzalika la-ibrata li-man yahsya, sesungguhnya dalam kisah Fir’aun itu terdapat pelajaran bagi mereka yang takut kepada Allah (Q.s. a/-Nazi’at [79]: 26). Manusia angkuh diri yang merasa terus saya dalam hidupnya perlu belajar pada kisah dramatik ini. Sepandai-pandai tupai melompat, kata pepatah, akhirnya ‘kan jatuh pula.

Tuhan mengajari manusia untuk mengambil ‘ibrah dalam hidup ini. Tuhan memberikan nama-nama tentang sapi (al-Baqarah), semut (al-NamI), lebah (al-Nahl), besi (al-Hadid), dan sejumlah fenomena alam semesta dengan isinya yang diabadikan dalam AI-Qur’an tentu ada pelajaran terpenting bagi manusia. Demikian halnya nama-nama peristiwa seperti al-Kahfi, al-Israa', ar-Ruum, dan sejenisnya atau nama-nama yang dilekatkan dengan manusia seperti an-Nash, an-Nisaa', Ali Imran, dan sebagainya.

Belum termasuk hamparan alam semesta ciptaan Allah dengan segenap hukum kauniyah yang terkandung di dalamnya, yang selain mengandung Kemahakuasaan Sang Pencipta, semuanya memiliki banyak rahasia untuk dipelajari. Ayat-ayat Quraniyah dan kauniyah merupakan dua dari satu kesatuan ciptaan Allah yang mengandung pelajaran (Ibrah) yang serba melampaui dari yang tersurat hingga tersirat. Sayang, banyak manusia tak kecuali yang berpredikat muslim sering menyia-nyiakannya, hingga pelajaran dari Tuhan Maha Mengajari (Rabb) yang sangat kaya luar biasa itu berlalu begitu saja. Sebagian manusia tetap dungu atau mendungukan diri, tak mau belajar dan mengambil pelajaran dalam hidup yang hanya sekali itu.

Dalam AI-Qur’an Allah mengungkap kata Ibrah sebanyak enam kali. Tiga ayat berbicara tentang fenomena langit, bumi, air, khususnya binatang ternak serta pergantian malam dan malam pada tiga ayat yaitu al-Nahl [16] : 66, al-Mu’minun [23]: 21, dan al-Nur [23]: 44. Satu ayat pada Surat Yusuf [1 2] : 111, pelajaran tentang perjuangan NabiYusuf alaihis salam dan para Nabiyullah lainnya. Satu ayat lainnya pada Surat Ali Imran [3]: 13 mengisahkan tentang kemenangan Nabi Muhammad dan kaum muslimin dalam perang Badr. kendati jumlahnya kalah dari pasukan kafir.

Ayat lainnya, yang terakhir tentang kisah Fir’aun itu, yakni pada al-Nazi’at [79]: 26, bahwa adzab Allah di dunia dan di akhirat kelak diberikan kepada raja Ramses Il itu, karena sombong, menentang risalah Musa, dan ingkar kepada Allah. Berbagai peristiwa alam dan kehidupan yang terhampar di muka bumi itu hendaknya menjadi ‘ibrah atau pelajaran penting bagi manusia yang menggunakan penglihatan dan akal pikirannya. Pelajaran bagi kaum ulul abshar dan ulul albab.

Allah begitu banyak menganugerahkan kehidupan dan alam semesta di mana manusia itu hidup untuk dijadikan pelajaran penting, sebagai ‘ibrah. ‘Ibrah (jamak: ‘ibar) ialah pelajaran, teladan, dan perhatian. Senapas dengan itu terdapat pula ittibar, pelajaran untuk menjadi pemikiran, sebagai penta’biran (menakwilkan) untuk memahami sesuatu sampai ke isi terdalam.

Segenap potensi kita sebagai manusia yang dianugerahi Allah akal-budi yang sempurna, hidup dan kehidupan yang terhampar di hadapan kita sehari-hari sungguh sarat pelajaran untuk dilihat, dicermati, dibaca, dipikirkan, direnungkan, dihayati, dan dijadikan acuan secara hakiki. Gunakanlah hati, penglihatan, dan pendengaran setajam mungkin dan itulah yang membedakan manusia dari makhluk Tuhan lainnya.
Jangan menuruti hawa nafsu dan hal-hal yang tampak di luar tanpa pencandraan yang mendalam di relung hati, pikiran, dan perasaan yang otentik. Sebab biasanya manusia itu memiliki sifat tergesa-gesa, terpukau dengan hal-hal lahiriah, dan silau dengan segala materi duniawi yang mudah dicerna indera tetapi seringkali mengecoh diri dan melupakan hal-hal yang hakiki.

Hidup ini hanya sekali dan penuh pertaruhan, demikian kata pendiri Muhammadiyah, Kiai Haji Ahmad Dahlan. Ambilah pelajaran dari dan dalam kehidupan yang terhampar luas dan penuh rahasia itu. Jangan sekali-kali menyia-nyiakannya, apalagi mengumbar tanpa kendali. Ambisi diri, uang, materi, kuasa, dan segala kedigdayaan duniawi jika tak pandai-pandai dikendalikan oleh akal budi dan pesan otentik Kitab Suci hanyalah buih yang mudah dihempas dan sering menjadikan anak manusia terjebak dalam kedunguan.

Hidup yang hanya sekali ini terlampau mahal untuk disia-siakan, lebih-lebih hanya untuk sebuah petualangan nafsu duniawi semata. Jangan hidup dalam pesona buih, menggelembung tanpa isi dan arti. Banyak rahasia Tuhan yang begitu kaya untuk dijadikan pelajaran di semesta hidup ini. Jangan terkecoh oleh pesona serba lahiriah. Di samping yang tersurat, tersembunyi berjuta hal yang tersirat. Di balik syari’at tersimpan mozaik hakikat dan makrifat. Karenanya, pada setiap tarikan napas kehidupan yang dianugerahkan Allah dan dijalani secara nyata oleh setiap anak cucu Adam di dunia yang fana ini penting untuk dijadikan ‘ibrah: pelajaran penuh makna. !!
This entry was posted on Saturday, April 10, 2010 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: